Social Icons

Pages

Senin, 14 Oktober 2013

Sejarah (?) Indonesia

I-n-d-o-n-e-s-i-a. Rangkaian beberapa huruf tesebut bukan sekonyong-konyong ada dengan sendirinya. Namun, satu kata tersebut terbentuk dengan perjuangan, dengan tetesan darah para pejuang di masa silam. Bukan hanya sehari dua hari, tapi beratus-ratus tahun para pejuang negeri ini menguras tenaga, pikiran dan darah mereka demi membentuk satu kata tersebut. Indonesia, sejarah panjang telah tercipta karenanya. Jejak para pejuang telah terekam jelas di sepanjang jalan-jalan di Indonesia. Suka rela mereka maju di garis terdepan demi terciptanya kata ‘Indonesia’, demi anak cucu mereka yang kelak akan bangga dengan satu kata yang mereka persembahkan. Indonesia.

Waktu telah berputar, sejarah menjadi masa lalu. Kenangan yang sebenarnya tidak boleh terlupakan. Karena sejarah, manusia ada. Sayang, sejarah perjuangan demi terbentuknya Indonesia yang sekarang menjadi negeri yang merdeka ini lambat laun tersisih. Sejarah tentang ‘Ir. Soekarno’ tergantikan dengan sejarah terbentuknya ‘girlband Korea’, sejarah tentang ‘Perang Diponegoro’ tergantikan dengan sejarah ‘Harlem Shake’, sejarah tentang lagu ‘Indonesia Raya’ tergantikan sejarah terciptanya lagu-lagu ‘Justin Bieber’, dan sejarah-sejarah lain yang sudah bergeser kedudukannya. Entah ini salah siapa, yang pasti kedudukan sejarah semakin lama semakin teriris tipis.
Banyak yang bilang, efek globalisasi menggerus rasa nasionalisme. Terbukti, semakin derasnya arus informasi yang masuk dan semakin lancarnya komunikasi antarnegara menjadikan tingkat nasionalisme rakyat Indonesia meleleh. Sedikit demi sedikit mengikuti trend yang sedang berkembang di mancanegara.

Gaul. Istilah yang sering digunakan para pemuda demi mendasari keinginan mereka untuk mengikuti trend yang sedang mendunia, hingga menyingkirkan sejarah negara mereka sendiri. Ini menyebabkan budaya dan pemikiran mereka menjadi berhaluan ‘barat’. Bukan berarti tidak bagus, tapi banyak sisi negatifnya. Budaya barat yang tidak sesuai dengan budaya ketimuran menyebabkan para pemuda sering dianggap melupakan tata norma kesantunan dan kesopanan, ciri khas budaya Indonesia. Pemikiran yang meniru pemikiran barat sebenarnya membawa dampak positif demi kemajuan individu itu sendiri, tetapi kadang hal tersebut malah menjerumuskan mereka untuk meninggalkan sejarah, bahkan negara sendiri.
 
Penyakit yang dibawa globalisasi pada rakyat Indonesia memang susah sekali untuk dicegah, apalagi disembuhkan. Semakin hari virusnya semakin menyebar hingga ke pelosok, seakan-akan bisa menghapus eksistensi sejarah yang hingga kini masih bertahan meski dalam keadaan tak sekuat dahulu. Memprihatinkan memang, tapi agaknya dari sekian banyak yang terjangkiti penyakit globalisasi masih ada beberapa orang yang tetap mempertahankan sejarah Indonesia dalam jiwa mereka. Buktinya, Sejarah masih menjadi mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah. Semoga dengan adanya mata pelajaran tersebut, para tunas bangsa bisa mengenal negara mereka lebih dalam lagi. Harapannya mereka bisa sekuat tenaga menjaga keutuhan dan kemakmuran negara ini, seperti perjuangan para pendahulu mereka yang bersusah payah membentuk kata ‘Indonesia’ beserta nilai-nilai di dalamnya. 

-rdp-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates