![]() |
pict.: nyomot dari google |
"Ujian TA tanggal 3-4 Juli... pendaftaran paling lambat akhir bulan ini." Tepat pukul 10.17 HP gue menerima SMS seperti itu. Kaget? Iya. Stres? Jelas!
TA gue baru bab 3. Sampai sejauh ini, belum ada tutorial penggunaan SPSS dari dosen. Mahasiswa mana yang tidak stres jika sebulan lagi sidang, tapi apa itu SPSS saja tidak tahu. Lalu bagaimana? Mungkin ya... mungkin orang pinter SPSS belakang kampus bakal kebanjiran order dari anak-anak adbis kampus gue. Secara satu kelas belum ada yang bisa pakai SPSS. TA-nya tidak buat sendiri dong? Ah, nggak juga, kan bab 1-3 dikerjakan sendiri, hanya SPSS-nya saja yang dibuatkan. Toh, banyak yang begitu.
Sesaat, gue jadi berpikir kalau gue ini tidak berperike-pendidikan sama sekali. Terus buat apa gue kuliah tiga tahun, kalau mengerjakan SPSS saja harus bayar orang? Tapi, kalau dosen sudah setuju bagaimana? Hitung-hitung membukakan lapangan pekerjaan buat orang lah. Dengan cara begitu, apa benar? Ah, gue jadi benci harus mikir kayak gini. Mending balik cerita soal TA gue yang baru bab 3 dan bulan depan harus siap sidang.
Sepertinya kalau belajar SPSS saja sih, dua sampai tiga kali pertemuan pasti beres. Masalahnya, gue baru ngeh kalau minimal sampel yang diolah oleh SPSS adalah 30. Sedangkan populasi (dan semua gue tarik jadi sampel) cuma 20 responden. Bagaimana lagi, dong? Dari awal dosen pembimbing tidak nyuruh gue buat ganti tempat penelitian, padahal beliau sudah tahu kalau populasinya hanya 30 dan itu (mungkin) tidak bisa diolah dengan SPSS. Gue maju terus, wong dosennya saja sudah 'acc' kok. Kalau sampai tidak bisa diolah dengan SPSS, ya gue salahin saja dosennya, kenapa dulu 'acc' bab 3 gue.
Gue stres. Banget. Oh, martabaks come to mama, please! Gue butuh suntikan semangat. Supaya otak gue nggak ngadat. Supaya TA gue jadi lancar. Supaya bulan depan bisa sidang. Supaya gue bisa lulus. Lalu, habis lulus, mau apa? Yes, that's the problem.
Gue resmi nangis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar