Social Icons

Pages

Sabtu, 25 Mei 2013

Epson L Series, Printer Idaman Mahasiswa



Menjadi seorang mahasiswa di era pesatnya perkembangan teknologi seperti sekarang ini membuat segala sesuatu menjadi lebih modern. Semua perangkat perkuliahan sudah tersentuh dengan yang namanya teknologi modern. Tugas-tugas pun tak perlu lagi ditulis dengan tangan atau diketik dengan mesin ketik yang hasilnya tak serapi jika diketik menggunakan komputer. Masalahnya, setelah diketik ke komputer, untuk menghasilkan hard copy maka diperlukan sebuah alat untuk mencetak dokumen, atau biasa kita kenal sebagai printer. 

Bayangkan saja jika tidak mempunyai printer sendiri jika setiap kali mendapat tugas dari dosen harus di-print. Hal itu tentu akan sangat merepotkan, apalagi jika harus print di luar, biayanya pasti akan lebih mahal dibanding ketika mempunyai printer sendiri. Meskipun awalnya harus membeli sekitar satu jutaan, tapi printer tersebut bisa menjadi investasi bagi kita. Mengapa printer saya katakan sebagai investasi? Karena dengan mempunyai printer, kita tidak perlu repot-repot antre di tukang print dan menghabiskan waktu seharian di sana, belum lagi biaya per lembarnya yang mencapai Rp 500,- (untuk hitam) dan Rp 1.000,- (untuk warna). Selain itu, printer yang kita punya, bisa kita jadikan alat untuk penambah uang saku dengan membuka usaha pencetakan dokumen bagi orang-orang yang membutuhkan dengan harga yang lebih murah dari tempat pencetakan lain, tetapi masih bisa mendapatkan keuntungan.

Sebagai seorang mahasiswa, kebutuhan akan printer jauh lebih tinggi dibanding ketika waktu SMA maupun SMP. Apalagi kalau sudah menginjak skripsi atau tugas akhir. Printer menjadi harta yang tak ternilai bagi mahasiswa. Setiap kali maju bimbingan skripsi atau tugas akhir, pasti akan mendapatkan tanda cinta dari dosen pembimbing (baca: revisi) dan itu tandanya si mahasiswa harus memperbaiki dan mencetak lagi hingga berkali-kali. Jika menggunakan jasa pencetak dokumen di luar, itu akan sangat merepotkan dan menguras kantong. Yang pasti, jika sudah menjadi mahasiswa, saya sarankan untuk memiliki printer sendiri agar lebih efisien.


Pemilihan printer juga jangan asal. Tidak semua printer itu sama kualitasnya. Apalagi printer tersebut akan digunakan dalam jangka waktu yang lama. Mahasiswa harus melek produk, teliti sebelum membeli agar tidak menyesal di akhir.


Printer Epson L110

Saya pernah melihat-lihat beberapa produk printer, namun entah kenapa saya merasa cocok saat pertama kali melihat printer Epson L Series. Tepatnya Epson L110. Dari segi bentuknya yang tidak memakan banyak ruang, harga yang ekonomis dan kualitas yang tak perlu lagi diragukan jika itu diproduksi oleh Epson. Epson L110 cocok untuk mahasiswa karena bisa mencetak hingga 15.000 halaman dengan kecepatan 27 ppm (hitam) dan 15 ppm (warna). Selain itu, printer ini juga bisa mencetak gambar maupun foto dengan cetakan tinggi yang luar biasa. Dengan harga sekitar 1,4 jutaan itu termasuk harga yang ekonomis untuk kualitas seperti Epson L110, apalagi printer ini menggunakan botol asli tinta Epson dengan harga tinta yang cukup murah, yaitu sekitar Rp 69.000,-. Satu botol tinta bisa mencetak sampai 4000 lembar. Kurang apa lagi coba?


Special tubes in the printer ensure smooth and reliable ink flow at all times

Tinta sering bocor dan tumpah ke mana-mana? Tenang, Printer Epson L110 ini sudah menggunakan choke valve control untuk menghindari agar tinta tidak mudah bocor dan tumpah ke mana-mana. Kan sayang, kalau tinta cepat habis gara-gara tumpah ke mana-mana. Masih kurang? Oke, karena Epson berbaik hati, maka untuk Epson L110 ini memberikan jaminan produk hingga 1 tahun. 

choke valve control to minimize messy leaks and ink wastage

Berikut spesifikasi printer Epson L110:

klik untuk memperbesar
sumber: dari sini


Lebih lengkap dapat dilihat di sini.

So, tunggu apa lagi? Buruan beli, sebelum tugas-tugas dan skripsi menghantuimu! 

Referensi:

Minggu, 19 Mei 2013

About "TA" (1)

pict: google

Besok itu Senin, rencananya gue mau bimbingan. Hari Rabu kemarin mau bimbingan, tapi batal gara-gara dosbing gue masih repot. 

"Ta, tolong SMS ke dobing, besok beliau repot apa nggak." Gue minta tolong ke Nita (temen gue) buat SMS ke dobing. Jujur, gue sungkan SMS sendiri. 

"Gimana SMS-nya? Gue takut." Jiahhh... ternyata sama aja.

"Tanya aja, besok beliau repot apa tidak, solanya kita mau bimbingan besok."

"Kalimatnya gimana?" Duh, Nita... Masa iya gue suruh ngetikin gimana SMS-nya? Tau gitu gue sendiri aja yang SMS.

"Selamat malam, Pak. Besok Bapak ada waktu apa tidak? Saya dan teman-teman mau bimbingan." Gue akhirnya ngetikin juga tuh SMS yang bakal dikirim ke dosbing. 

"Bimbingan harinya Rabu sama Kami ya.... mulai jam 10," balas dosbing gue. 

Yap, begitulah... Jadi mahasiswa tingkat akhir itu emang harus banyak sabar, legowo. Apalagi kalau sudah di-PHP-in sama dosbing. Janjinya mau datang, tapi pas ditunggu malah nggak datang. Untung tadi gue nyuruh temen gue SMS ke dosbing dulu. Kalau enggak, rugi gue besok jauh-jauh datang ke kampus, tapi dosbing malah nggak ngampus. 

Btw, TA gue udah mau masuk Bab IV. Doain ya semua lancar dan gue bisa lulus tepat waktu. Aamiin....

Rabu, 08 Mei 2013

Book Stores

pict: google
 Aaarrgghhh... Hari ini gue capek banget. Gimana enggak, seharian gue sama temen-temen muter-muter dari satu toko buku ke toko buku lainnya, cuma buat nyari referensi. Enggak cuma capek, tapi kesel juga. Bayangin deh, gue udah jauh-jauh berangkat dari rumah ke kampus (jarak rumah gue ke kampus itu memakan waktu 2 jam), eh sampai kampus malah semua mata kuliah kosong gara-gara para dosen lagi ada pelatihan. Itu kenapa nggak ngomong dulu sebelum-sebelumnyaaa?

Pukul 10.30 gue sama temen-temen langsung cabut ke Gramedia buat cari bukunya Hermawan Kertajaya, Ibrahim Manullang, sama Stepen R. Covey. Sampai di Gramedia ternyata semua buku itu lagi kosong. 

Pukul 11.30 kami langsung tancap ke Salemba yang ada di Giant. Dari lantai satu ke lantai dua. Kosong. Naik lagi ke lantai tiga. Kosong juga. Ini ke mana lenyapnya Salemba? Gue sama temen-temen mutusin buat turun, tanya ke satpam.

"Pak, Salemba ada di lantai berapa ya?"

"Duh, Salemba sudah nggak di sini...." Sial, gue baru inget, terakhir kali gue ke sini udah tiga tahun yang lalu. Dan selama itu ini gedung Giant makin lama makin sepi. 

Pukul 12.00 kami nyebrang ke Sri Ratu, kebetulan tempatnya nggak jauh dari Giant. Entah namanya toko buku apa, yang pasti di Sri Ratu toko bukunya sepi banget. Gue sampai nggak ngeh kalau di situ jual buku. Habisnya nggak ada yang nungguin sih. Gue cari dari satu rak ke rak lain. Kosong juga. Kami cabut lagi.

Pukul 12.30 perut keroncongan. Oke, mampir cari makan. Pukul 14.00 tancap lagi ke Toga Mas. 

"Mas, bukunya Hermawan Kertajaya ada nggak?" 

"Duh, kosong Mbak...."

"Kalau Stephen R. Covey?"

"Kalau itu nggak ada...."

"M. Manullang?"

"Nggak ada juga, Mbak...."

Nyet! Tutup aja toko buku lo! Akhirnya hari ini gue pulang dengan tangan hampa. Oke, bad day....


NB: Dicari, toko buku yang menyediakan buku-buku Hermawan Kertajaya, Stephen R. Covey, dan M. Manullang. Call me, available to 24 hours per day.

Selasa, 07 Mei 2013

Divorce

Pict: google

Hai... hai... yeah, blog baru, Bo! Tapi, kok gue jadi males nulis gini ya? Padahal banyaaakkk banget yang pengen gue tulis. Mungkin banyak yang kayak gue gini, di otak tuh banyak sekali yang pengen dituangin ke dalam tulisan, tapi pas mau nulis malah nggak tau apa yang mau ditulis. Ckckck... gini ini penyakit namanya apa ya?

Oya, gue mau cerita. Hari ini kebetulan gue nggak kuliah, ya meliburkan diri gitu ceritanya. Di rumah, gue nggak ngapa-ngapain, cuma nongkrong depan tivi, mantengin layar tivi sama monitor laptop. Ya gitulah kerjaan gue kalau di rumah. Dan kebetulan juga, tadi Ibu lagi di rumah. Tiba-tiba beliau mendekati gue. 

"Liat apa?" 

"Gosip...."

"Acara begitu kok ditonton, isinya orang cerai semua tuh!" Gue meringis. Emang sih, akhir-akhir ini banyak banget berita artis cerai. Mulai dari Lidya Kandau-Jamal Mirdad sampai Vena Melinda-Ivan Fadila. Yang gue nggak habis pikir, ada nih artis yang mau cerai, penyanyi dangdut itu tuh... Ngakunya masih sayang dan pas diwawancara berurai air mata (sumpah, drama banget nggak sih?), terus kenapa cerai? Heran....

"Lha nggak ada acara lain sih, Bu." Ibu gue beringsut dari tempatnya. Yeah, emang tivi tanpa gosip itu bagai sayur tanpa garam. Anyep...

Ngomong-ngomong soal cerai, Bapak-Ibu gue sebelum ketemu dan sebelum memproduksi gue, mereka punya cerita hidup masing-masing. Ya bisa dibilang kelam sih. Ibu gue dulu pernah punya suami yang nyebelin banget. Tampangnya alim, tapi punya banyak simpanan. Cuih... wanita mana yang nggak sakit kalau diduakan, apalaig ditigakan. Setelah ngelahirin kakak gue, Ibu pun memutuskan buat mengusir suaminya dari rumah (yeah, secara lelaki itu nebeng di rumah nenek gue). 

Sedangkan Bapak gue, nggak kalah tragis ceritanya dibanding Ibu gue. Dulu, sebelum ketemu Ibu, Bapak juga pernah punya istri. Sayang, istrinya malah selingkuh dengan adik ipar Bapak gue. Shit... gue sampai mual denger ceritanya. Bapak gue pun memutuskan buat mengusir istrinya dan adik iparnya dari rumah. Beberapa tahun menikah, Bapak gue sama istrinya yang lama nggak dikaruniai anak, tau apa sebabnya? Ternyata tuh wanita selalu minum obat KB. Gila nggak tuh, padahal dulu katanya Bapak gue pengen banget punya anak. Yang paling parahnya, setelah ngusir istrinya, Bapak gue jadi depresi (ya, hilang akal sehat gitu lah). Kasian gue....

Nggak lama setelah Bapak-Ibu gue berpisah dengan pasangannya masing-masing, mereka pun ketemu dan singkatnya mereka akhirnya menikah dan jadilah gue. Keluarga gue nggak kalah drama kan sama sinetron-sinetron itu? I wish they never divorce again.

Jumat, 03 Mei 2013

Sambutan Tuan Rumah

pict.: nyomot dari google

Haloo... mulai hari ini gue putusin buat mulai nge-blog. Sebenernya bukan apa-apa sih, cuma kepengen rame-ramean aja di blog. Kalo ditanya konsep blog sih gue bakal bilang blog gue ini konsepnya gado-gado. Lho kok? Soalnya gue juga bingung mau dibawa ke mana ini blog. Yaudah, akhirnya gue putusin apapun yang pengen gue tulis ya gue tulis aja, tanpa mikir ini cocok nggak buat blog gue yang konsepnya begini atau begitu. Sebodo amat, yang penting gue eksis, udah gitu aja.

Oya, jangan kaget ye, isi blog gue nanti gak bakal jaim-jaim segala. Apa adanya gue bakal gue tulis. Jadi, mohon bagi pihak-pihak yang tersangkut di tulisan gue jangan pada marah, soalnya gue nulisnya juga apa adanya yeee... 

Terus buat pengunjung blog gue ini (tssaahh... pede banget bakal ada yang nyambangin) tolong ye bantu sebarin kalo orang cakep udah mulai nge-blog. Itung-itung bantu ngeksisin gue. :D 

Satu lagi, yang lewat di blog gue dimohon juga untuk meninggalkan jejak, biar ntar gue juga bisa berkunjung ke blog lo-lo pada. Kan enak tuh bisa saling kunjung-mengunjung. Okeeee... :)

Sekian dulu sambutan gue, jika ada kurangnya ntar gue tambahin, tapi jika ada lebihnya itu jelas berat badan gue. Keep honest and be yourself. Wassalam...

NB: Sumpah, pura-pura jaim itu gak enak banget, mending jadi diri sendiri aja deh. Apapun keadaannya yang penting bisa buat lo-lo semua nyaman. Sebodo amat orang mau nganggep apa. Hidup juga hidup elo, orang lain kagak ikut ngidupin elo juga. 


 
Blogger Templates